Selasa, 31 Maret 2015

Journal Tour (2): The Stories Begin

Satu hal yang lumayan menarik dari kampus UPI Bandung adalah aku hampir gak melihat adanya sepeda motor yang berkeliaran. Ternyata, kampus UPI membudayakan berjalan kaki di kampus. Hal yang pernah juga terpikirkan olehku, untuk diterapkan di Gunung Kelua.

Jadi sebagai bagian dari ikut membudayakan jalan kaki di kampus, kami juga berjalan kaki menuju lokasi kunjungan. Yah, selain bisnya juga gak bisa lewat jalan kecil sih. :hehe:

Setelah menyelesaikan kunjungan, rombongan segera berangkat menuju lokasi wisata Tangkuban Perahu. Selama perjalanan, aku terkagum-kagum dengan skill pengendara bus kami. Dia mampu melewati jalan yang kuanggap cukup sempit untuk bus besar, dengan medan berkelok dan menanjak.
Seperti yang sudah kuduga, perjalanan menuju Tangkuban Perahu akan berkabut seperti daerah pegunungan pada umumnya. Udara sejuk sangat membantuku yang masih perlu istirahat setelah perjalanan yang cukup melelahkan.

Siang hari, kami beristirahat di salah satu rumah makan yang ada di perjalan. Hidangannya sih biasa aja, tapi suasananya lumayan asik. Udara sejuk ditambah dengan pemandangan khas pegunungan membuat acara makan siang lumayan asik untuk dinikmati (ah.. andaikan saja ke sini bukan dalam keadaan jomblo, ya..).

Makan siang selesai, tiba saatnya melanjutkan perjalanan ke Tangkuban Perahu. Ternyata, lokasi wisata kawah Tangkuban Perahu ini wilayahnya kecil saja. Hanya berupa jalan aspal beberapa puluh meter yang mengelilingi kawah. Jalan menuju kawahnya aja yang lumayan jauh.
Biasanya wisatawan akan turun dari kendaraan di sebuah lapangan parkir besar yang disediakan. Perjalanan ke kawah dilanjutkan dengan angkutan yang disediakan. Tarif angkutan ini adalah Rp3500,-

Sedikit tips bagi yang belum pernah mengunjungi Tangkuban Perahu. Di sana, Anda akan menemukan banyak sekali pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Jangan tergoda dengan barang yang tidak Anda perlukan karena akan memberatkan Anda saja. Kalau Anda tertarik dengan suatu barang, jangan langsung dibeli, pura-pura saja tidak tertarik, atau cari penjual lain yang menjual barang yang sama. Bandingkan harganya, kalau masih sama pura-pura saja jalan, si pedagang akan mengejar Anda dan terus menurunkan harga barang dagangannya. Teknik pura-pura gak tertarik akan sangat manjur bagi Anda yang mengunjungi Tangkuban Perahu dengan menggunkan bis rombongan. Selagi Anda menunggu rekan rombongan Anda di bis, pedagang asongan akan masuk ke bis Anda dan akan menawarkan barang dagangannya. Semakin lama menunggu akan semakin jatuh harganya.. hihihi..
Di bawah ini video suasana di Kawah Tangkuban Perahu (Maaf kualitas video sangat buruk karena kameranya belum HD).
Setelah puas nonton lubang asap belerang, kami melanjutkan perjalanan kami menuju tempat pemandian air panas Ciater. Perjalana ini ditempuh kira-kira setengah jam dari Tangkuban Perahu. Di perjalanan ini, kekecewaanku sebelumnya (karena tidak menemukan kebun teh seperti iklan permen kunyah Fruitella) akhirnya terobati. Di perjalanan ini kita akan menemukan beberapa kebun teh yang diselimuti kabut pegunungan. Pokoknya mirip banget dah dengan yang kita lihat di FTV.. Hihi..

Di Ciater agak bimbang apakah mau ikutan berendam atau tidak karena cuaca sepertinya akan hujan. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak ikutan berendam air panas dan cukup rendam kaki sedikit saja.

Menjelang sore hari, rombonghan kami bergegas untuk kembali ke penginapan. Tidak lupa untuk singgah kembali di tempat makan siang tadi untuk makan malam.

Hal yang paling menyenangkan dari perjalan pulang menuju penginapan kami adalah akku bisa memperhatikan sudut kota Bandung. Seperti kota-kota besar di pulau Jawa pada umumnya, ada hal yang terasa sangat tua (bangunan, sudut jalan, trotoar,  hal-hal kecil lainnya) namun juga terasa lebih hidup jika dibandingkan dengan kota tempat tinggalku. Detail seperti ini nih, yang bikin pengen kembali ke sini (semoga bisa segera kembali ke sini, tapi sama kamu, yaa.. hihi.. 😳 ).
Comments


EmoticonEmoticon